KEPEMIMPINAN MASA DEPAN MENURUT ISLAM
A. Hakikat Pemimpin
Kepemimpinan dan manajemen adalah satu rangkaian yang tidak
bisa dilepaskan, inti dari manajemen adalah kepemimpinan. Keduanya tidak perlu
dicampuradukkan, kepemimpinan adalah salah satu bagian dari manajemen.[1] Oleh karena itu manajemen lebih luas dari kepemimpinan atau
kepemimpinan berada dalam lingkup manajemen.[2] Tata laksana organisasi yang telah
sangat cerdas disusun tidak akan efektif bila tidak disertai dengan
kemampuan kepemimpinan. Sebab manifestasi yang paling nyata dari manajemen
adalah kepemimpinan.[3]
Proses
mempengaruhi adalah sebuah elemen sentral dari berbagai defenisi kepemimpinan.[4]
Gibson et.al dalam Robbins dalam Fandy Tjiptono dan Anastasia
Diana mengartikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi motivasi
atau kompetensi individu-individu lainnya dalam suatu kelompok.[5] Pemimpin adalah pribadi yang
memiliki kecakapan khusus dengan atau tanpa pengangkatan resmi untuk dapat
mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya untuk bersama mengarah kepada
sasaran-sasaran tertentu.[6] Robbins dalam Fandy Tjiptono
dan Anastasia Diana mengartikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk
mempengaruhi sekelompok anggota agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran yang
ditetapkan.[7] Banyak teori tentang pemimpin dan
kepemimpinan (leadership), namun teori tersebut pada intinya adalah
sebagai seni mempengaruhi orang lain.
Teori-teori tentang kepemimpinan antara lain; Pertama,
Trait Theories. Teori ini mengungkap bahwa menjadi pemimpin adalah faktor
keturunan/menurun.[8]
Kedua, Behavioural.
Teori ini menyebutkan bahwa pemimpin dapat dilatih sehingga kita fokus
bagaimana melatihnya. Pelatihan dilakukan secara melembaga, dapat berorientasi
pada tugas maupun pada proses.[9]
Ketiga, Contingency
Theories. Kepemimpinan menjadi lebih fleksibel. Tipe kepemimpinan berbeda
diperlukan pada waktu yang berbeda tergantung situasi yang melingkupinya.
Kepemimpinan bukan merupakan karakter yang tetap melainkan ditransformasi ke
konteks yang berbeda.[10]
Keempat, Transformational.
Perubahan besar yang terjadi pada bisnis atau organisasi memerlukan strategi
jangka panjang, tujuan yang jelas, visi yang jelas, dimulai dengan keteladanan
(melangkah setapak demi setapak), efisiensi pada proses dan sistem.[11]
Kelima, Transactional
Theories. Fokus pada manajemen, prosedur, efisiensi. Mengerjakan sesuai
aturan dan kontrak serta mengelola isu dan problem terkini. [12]
Keenam Path-Goal Theory. Teori ini mengusulkan bahwa pemimpin yang efektif memotivasi
pengikut mereka dengan kinerja bermanfaat dan pencapaian
tujuan dalam jangka waktu yang
ditetapkan oleh tugas. Menurut
teori ini, para pemimpin harus berkomunikasi secara
efektif kepada bawahannya mengenai
tugas, bagaimana hal itu harus dilakukan,
dan apa manfaat yang dapat dicapai. [13]
Ketujuh The Hersey-Blanchard. Teori ini berfokus pada kegiatan organisasi dan lingkungan operasional. Pendekatan ini
diterapkan pada pekerjaan atau
di kantor dengan menekankan anggota dan kesediaan mereka untuk melakukan pekerjaan. Dalam
pendekatan ini, pemimpin harus memutuskan
secara tepat atau secara intuitif tahu tingkat kematangan (atau perkembangan) anggota
dan menerapkan gaya kepemimpinan
yang sesuai dengan tingkat itu.[14]
Kedelapan The Vertical Dyad-Linkage Theory/ Leader-Member
exchange. Teori ini adalah sebuah teori situasional di mana para pemimpin
sadar atau tidak
telah mengklasifikasikan bawahan menjadi
anggota kelompok dalam dan anggota kelompok luar. anggota kelompok dalam berbagi ikatan dan sistem
nilai yang sama, dan berinteraksi dengan
pemimpin; anggota kelompok dalam memiliki lebih sedikit kesamaan dengan pemimpin dan
tidak berbagi banyak dengan pemimpin. Selanjutnya, anggota kelompok
dalam
cenderung menerima tugas yang lebih
menantang dan imbalan yang lebih
berarti; menjadi lebih positif tentang budaya organisasi,
dan memiliki kinerja yang lebih tinggi dan kepuasan dari anggota kelompok luar. anggota kelompok luar cenderung menerima tugas kurang
menantang dan sedikit perhatian positif,
menjadi bosan dengan pekerjaan,
dan berhenti. Pendekatan VDL mengasumsikan bahwa
persepsi pemimpin terhadap pengikut
mempengaruhi perilaku pemimpin, yang pada gilirannya mempengaruhi perilaku pengikut.[15]
Cara pemimpin berinteraksi dengan bawahannya umumnya
ada lima macam yaitu; otokratis, demokratis, partisipatif, orientasi pada
tujuan dan situasional.[16]
Gaya otokratis disebut juga diktator, gaya demokratis disebut, konsensus, gaya
partisipatif dikenal dengan kepemimpinan terbuka dan bebas, gaya berorientasi
pada tujuan disebut juga kepemimpinan berdasarkan hasil atau sasaran, sedangkan
gaya situasional disebut juga kepemimpinan tak tetap atau kontingensi. [17]
B.
Kepemimpinan
Masa Depan Menurut Islam
Pada hakekatnya setiap manusia adalah pemimpin, paling tidak
ia sebagai pemimpin dirinya sendiri. Rasulullah saw. bersabda:
كُلُّكُمْ
رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Rasulullah saw memiliki empat sifat utama yaitu, sidiq,
amanah, tabligh, fathanah. Selain itu beliau memiliki Kepribadian yang
sangat menunjang dakwah beliau dalam hal kepemimpinan yang disebutkan dalam al-Qur’an
sebagai berikut:
1.
Bersikap lemah-lembut.
2.
Selalu mema’afkan kesalahan orang lain betapapun besar
kesalahan tersebut selama kesalahan tersebut terhadap pribadi beliau.
3.
Memintakan ampun dosa dan kesalahan orang lain kepada Allah
swt., jika kesalahan tersebut terhadap Allah swt.
4.
Selalu mengajak bermusyawarah dengan para sahabat beliau
dalam urusan dunia dan beliau selalu konsukuen memegang hasil keputusan
musyawarah.
5.
Jika beliau ingin melakukan sesuatu, maka beliau selalu
bertawakkal kepada Allah swt. dalam arti: direncanakan dengan matang,
diprogramkan, diperhitungkan anggarannya dan ditentukan sistem kerjanya.
كُتِبَ عَلَيْكُمُ
الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ
لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Artinya
: Diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang
kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan
boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. al-Baqarah ayat 216)
Ayat ini mengajak kita berfikir hati-hati dalam bertindak
karena bisa jadi seorang pemimpin menganggap baik apa yang ia pilih dan
putuskan, belum tentu baik buat mitra kerja dan umat yang dipimpinnya, maka
untuk mengetahui baik tidak nya kita terutama umat muslim diwajibkan untuk
bermusyawarah dalam hal keduniawian. Sebagaimana disebutkan dalam ayat al-Quran
dibawah ini :
وَالَّذِينَ
اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ
وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
Artinya
: Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara
mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada
mereka (As-Syura : 38).
فَبِمَا رَحْمَةٍ
مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا
مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ
الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya
: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya (Ali Imran:
159).
Sebagaimana diterangkan dalam surah As-Syura : 38 dan Ali
Imran ayat 159. Musyawarah penting karena kepemimpinan berkaitan dengan banyak
orang. Melalui musyawarah akan terbangun tradisi keterbukaan, persamaan dan
persaudaraan. Perencanaan, organisasi, pengarahan dan pengawasan selalu saja
terkait dengan sejumlah orang, maka keterbukaan, persamaan dan persaudaraan
akan memback up lancarnya proses manajemen tersebut.
Sebuah visi dan misi organisasi, akan semakin baik bilamana
dibangun atas dasar musyawarah, akan semakin sempurna dan akan memperoleh
dukungan luas, “sense of belonging and sense of responsibility” karena
masyawarah sebagai bagian dari sosialisasi.
Di sisi lain, musyawarah melenyapkan kediktatoran, keakuan
dan arogansi yang seringkali menghambat kelancaran proses manajemen Tuhan juga
mencontohkan dalam banyak firmannya yang menggunakan kata “Kami” dari pada kata
“Aku”. Penggunaan kata “Kami” tersebut adalah pengakuan adanya keterlibatan
pihak lain. Musyawarah dapat memperkuat proses transformasi input menjadi
output, sesuai penegasan Howard S. Gitlow, dkk (2005:3) yaitu “A process is
a collection of interacting components that transform inputs into outputs toward
a common aim, called a mission statement. It is the job of management to
optimize the entire process toward its aim”.
Menurut konsep Al-Qur’an, bahwa seorang pemimpin harus
memilki beberapa persyaratan sebagai berikut :
1.
Beriman dan bertaqwa. (Al-A’raf: 96)
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا
عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا
فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Artinya:
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.
2.
Berilmu pengetahuan. (Al-Mujadilah/58 : 11)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي
الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا
فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا
الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya:
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
3.
Mampu menyusun perencanaan dan evaluasi. (Al-Hasyr /59: 18)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ
لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
4.
Memiliki kekuatan mental melaksanakan kegiatan.
(Al-baqarah/2 : 147)
الْحَقُّ
مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
Artinya:
Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu
termasuk orang-orang yang ragu.
5.
Memiliki kesadaran dan tanggung jawab moral, serta mau
menerima kritik. (Ash-Shaf/61:147).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا أَنْصَارَ اللَّهِ كَمَا
قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيِّينَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ
قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ فَآمَنَتْ طَائِفَةٌ مِنْ بَنِي
إِسْرَائِيلَ وَكَفَرَتْ طَائِفَةٌ فَأَيَّدْنَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَى عَدُوِّهِمْ
فَأَصْبَحُوا ظَاهِرِينَ
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah
sebagaimana 'Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut- pengikutnya yang
setia: "Siapakah yang akan menjadi penolong- penolongku (untuk menegakkan
agama) Allah?" Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: "Kamilah
penolong-penolong agama Allah", lalu segolongan dari Bani Israil beriman
dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang
beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang
menang.
Kepemimpinan dalam Islam adalah kepemimpinan idealistik Rasulullah
saw, yaitu mengutamakan musyawarah dan pendekatan akhlaqi, yaitu
mengaggap staf sebagai mitra kerja dalam mencapai tujuan. Adapun kepemimpinan
ideal persfektif Islam antara lain:
1.
Kuat dalam aqidah
2.
Mampu memimpin dan mengendalikan
dirinya sendiri sebelum memimpin orang lain
3.
Manajerial yang baik
4.
Human relation
5.
Visinya adalah al-Qur’an
6.
Tawadhu’
7.
Memiliki sifat shiddiq,
amanah, tabligh, dan fatanah.
8.
Memiliki kepekaan sosial yang
tajam
9.
Tabah dan tahan menerima kritik
10.
Pemaaf dan memiliki jiwa tasamuh
11.
Tidak memiliki sifat fir’aun
Adapun
karakteristik pemimpin masa depan antara lain:
1.
Pimpinan
mendasarkan keputusan berdasarkan data yang akurat
2.
Pimpinan
merupakan fasilitator dan pelatih
3.
Pimpinan
aktif dalam pemecahan masalah setiap individu
4.
Pimpinan
harus bisa membangun komitmen, visi, misi, nilai dan target.
5.
Pimpinan
dapat membangun dan memelihara kepercayaan
6.
Pimpinan
harus memberikan reward and punishment
7.
Aktif
mengadakan kaderisasi melalui diklat yang terprogram
8.
Berorientasi
kepada pelanggan
9.
Pandai
menilai situasi dan kemampuan orang lain
10.
Dapat
menciptakan suasana yang nyaman
11.
Mau
menyadari kesalahan
12.
Selalu
memperbaiki sistem dan improvisasi
[1]Fandy Tjiptono
dan Anastasia Diana, Total Quality Management, (Yogyakarta: Andi, 2003),
hlm. 153.
[4]Tony Bush, Leadership
and Management Development, (London-UK: Sage Publications, 2008), hlm. 2.
[6]Marno dan Triyo
Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung: Refika
Aditama, 2008), hlm. 22.
[8] David.I.
Bertocci, Leadership in Organizations There Is a Difference between Leaders
and Managers, (Maryland-USA: University Press of America, 2009), hlm. 19.
[16] M.N. Nasution, Manajemen
Mutu Terpadu, (Bogor: Ghalia, 2010), hlm. 210.
[17] Fandy Tjiptono
dan Anastasia Diana, op.cit, hlm. 161-162.
[18]Umi Hanik, Implementasi
Total Quality Management dalam Penigkatan KualitasPendidikan, (Semarang:
Rasail Media Group, 2011), hlm. 89-90.
No comments:
Post a Comment