01 July 2016

TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM


ICT  IN  ISLAMIC EDUCATION

A. Pendahuluan
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi, terutama teknologi dan komunikasi, telah menyebabkan dunia ini semakin mengecil dan membentuk seperti sebuah desa dunia. Batas-batas fisik Negara satu dengan Negara yang lainya menjadi begitu kurang nampak dan secara non fisik hampir tanpa batas (bordeless). Globalisasi terjadi sebagai suatu proses mendunia yang tidak tertahankan dan tidak mungkin terelakan. Dengan demikian diperlukan upaya-upaya untuk mempersiapkan para siswa sejak dini guna memasuki zaman global yang menuntut kemampuan-kemampuan khusus.
Para siswa sekarang yang sedang menuntut ilmu baik umum atau agama, pada dasarnya akan menjadi pelaku-pelaku utama pada zaman yang penuh dengan persaingan. Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban para guru untuk memberi bekal kepada mereka agar bisa hidup (survive), salah satu upaya untuk mempersiapkan siswa memasuki zaman global tersebut yaitu dengan mengembangkan berbagai pendekatan pembelajaran yang berorientasi ke masa depan. [1]
Khusus penggunaan internet untuk keperluan pendidikan yang semakin meluas terutama di negara-negara maju, merupakan fakta yang menunjukkan bahwa dengan media ini memang dimungkinkan diselenggarakannya proses belajar mengajar yang lebih efektif. Hal ini terjadi karena dengan sifat dan karakteristik internet yang cukup khas, sehingga diharapkan bisa digunakan sebagaimana media lain telah dipergunakan sebelumnya seperti radio, televisi, CDROM dan lain-lain. [2]
Internet adalah sebuah jaringan besar yang terdiri dari berbagai jaringan yang meliputi jaringan bersifat pendidikan dan riset serta menghubungkan jutaan komputer dalam jaringan-jaringan tersebut. [3]
Definisi internet dalam buku Ketrampilan Komputer Dan Pengelolaan Informasi adalah hubungan antar berbagai jenis komputer dan jaringan di dunia yang berbeda sistem operasi maupun aplikasinya di mana hubungan tersebut memanfaatkan kemajuan media komunikasi (telepon dan satelit) yang menggunakan protokol standar dalam berkomunikasi yaitu protokol TCP/IP. [4]
Peningkatan kinerja pendidikan di masa mendatang diperlukan sistem informasi dan teknologi informasi yang tidak hanya berfungsi sebagai sarana pendukung, tetapi lebih sebagai senjata utama untuk mendukung keberhasilan dunia pendidikan sehingga mampu bersaing di pasar global. Sistem pendidikan kita telah berusaha untuk melakukan perubahan yang mendasar, misalnya melalui tiga bentuk kebijakan pemerintah. Pertama, meningkatkan ketentuan wajib belajar dari 6 ke 9 tahun. Kedua, mengarahkan pendidikan kita agar lebih relevan dengan perkembangan industri, dengan teknologi informasi atau memiliki keterkaitan dan kesesuaian (link and match). Ketiga, mendorong pendidikan sekolah menengah untuk lebih banyak menyiapkan tenaga terampil sehingga lulusannya tidak memandang perguruan tinggi sebagai satu-satunya alternatif pilihan masa depan.[5]
Teknologi informasi saat ini telah menjadi perbincangan yang sangat menarik, mengingat teknologi informasi ini merupakan salah satu unsur penting yang dapat mendorong keunggulan bersaing sebuah organisasi atau lembaga pendidikan sekolah. Hal ini diyakini bahwa sebuah lembaga yang dapat menguasai teknologi informasi maka lembaga tersebut akan memenangkan persaingan. Teknologi informasi juga mempunyai sebutan lain yaitu teknologi komputer, yang dikhususkan untuk pengolahan data menjadi informasi yang bermanfaat bagi sebuah organisasi termasuk organisasi pendidikan. TI ini terus mengalami perkembangan baik dari bentuk, ukuran, kecepatan, dan kemampuan untuk menguasai multimedia dan jaringan komputer.[6]

B. ICT dalam Pembelajaran
Kehadiran media pembelajaran mempunyai arti dan makna yang cukup penting dalam proses belajar mengajar. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada peserta didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikongkritkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, peserta didik akan lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media. [7]
Penggunaan media dalam proses belajar mengajar baik pelajaran umum maupun agama, dapat membantu kelancaran, efektifitas dan efisien pencapaian tujuan pembelajaran. Media merupakan salah satu komponen yang tidak bisa diabaikan dalam mengembangkan sistem pembelajaran yang sukses. Bahkan pembelajaran yang dimanipulasikan dalam bentuk media pembelajaran dapat menjadikan siswa belajar sambil bermain dan bekerja. Dengan menggunakan suatu media dalam belajar akan lebih menyenangkan siswa dan sudah tentu pembelajaran akan benar-benar bermakna. Salah satu alasan digunakannya media dalam proses belajar mengajar adalah berkenaan dengan taraf berfikir siswa. Taraf berfikir manusia mengikuti taraf perkembangan, dimulai dari taraf berfikir konkrit menjadi abstrak, dimulai dari berfikir sederhana ke kompleks. [8]
Multimedia berbasis komputer dapat digunakan dalam beberapa bentuk, yakni:
a. Multimedia Presentasi
Multimedia ini digunakan untuk menjelaskan materi-materi yang sifatnya teoretis digunakan dalam kelas klasikal baik yang berjumlah kecil maupun besar. Dalam penggunaan multimedia ini memerlukan alat Bantu pembelajaran berupa viewer atau yang biasa dikenal dengan LCD proyektor.
b. Multimedia Interaktif
Multimedia ini biasa digunakan dalam menjelaskan tahapan-tahapan suatu proses. Multimedia ini dirancang secara interaktif sehingga siswa dapat secara mandiri mempelajari bahan pelajaran.
c. Sarana Simulasi
Perkembangan teknologi software dapat menghasilkan sebuah simulasi suatu kegiatan dengan menggunakan komputer. Misalnya simulasi mengenai bagaimana menerbangkan sebuah pesawat terbang, sehingga siswa tidak perlu menggunakan alat simulasi yang sesungguhnya.
d. Video Pembelajaran
Penggunaan multimedia berbasis komputer dapat digunakan untuk memutar suatu film ataupun rekaman audiovisual sebuah kegiatan. Penggunaan media ini hampir sama dengan penggunaan VCD, akan tetapi dalam penggunaan multimedia komputer lebih membutuhkan skill khusus untuk mengoperasikannya dan dalam membuatnya menjadi lebih menarik sehingga siswa mejadi lebih paham akan contoh dari sebuah kegiatan.[9]
Menurut Tony Bates yang dikutip oleh Agus Mulyanto, M. Taufik, Nuruzzaman, Sumarsono menyatakan bahwa teknologi dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan bila digunakan secara bijak untuk pendidikan dan latihan, dan mempunyai arti yang sangat penting bagi kesejahteraan ekonomi.[10]
Intervensi yang biasa dilakukan TI dalam model pembelajaran sudah sangat jelas. Hadirnya e-learning (pembelajaran interaktif) dengan semua variasi tingkatannya telah memfasilitasi perubahan ini. Secara umum e-learning (electronic learning) dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang disampaikan melalui semua media elektronik termasuk internet, intranet, audio/video tape, TV interaktif dan CD ROM.[11]
Untuk menghadapi hambatan maupun tantangan lingkungan dan kemampuan dalam membuat keputusan, pihak manajemen pendidikan memerlukan strategi yang tepat agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara optimal. Dalam menentukan strategi apa yang akan digunakan manajemen pendidikan, diperlukan pertimbangan yang tepat karena akan menyangkut keberadaan lembaga pendidikan di masa datang. [12]
Pada tahun 2010 s.d. 2012 Madrasah Tsanawiyah Mathla’ul Anwar Pusat Menes, tempat penulis bertugas pernah menggunakan media pembelajaran berbasiskan ICT yaitu Otransmedia,  namun karena keterbatasan sumber daya, maka kontrak kerja dengan Otransmedia dihentikan,  dan kini dilanjutkan dengan Edusis, yaitu sistem informasi, manajemen dan administrasi sekolah.
Hambatan sumber daya manusia dapat diatasi dengan pelatihan-pelatihan formal maupun non-formal. Lebih kurang 99 % tenaga pendidik telah memiliki laptop dengan bantuan kredit dari koperasi madrasah. Hambatan lain adalah OHP/infocus yang hanya permanen untuk siswa kelas IX sedangkan OHP/infocus portable berjumlah 3 unit untuk siswa kelas VII dan VIII, tentu jumlah ini kurang memadai dengan jumlah rombel kelas VII dan VIII yang mencapai 11 rombel. Laboratorium komputer hanya memiliki 40 komputer yang jauh dari memadai untuk jumlah keseluruhan siswa yang mencapai 500-an. Hambatan lain adalah kekhawatiran wali siswa terhadap akses internet madrasah yang dianggap dapat merusak kepribadian dan mental siswa.

C. Perangkat Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis ICT
Perkembangan ICT (information & communication technology) yang sangat pesat merupakan sebuah peluang dan tantangan dalam pengembangan media pembelajaran. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju menuntut adanya pembaharuan dan pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Seorang guru dituntut untuk dapat menggunakan alat-alat yang murah dan efisien yang dapat disediakan oleh sekolah, yang meskipun sederhana dan bersahaja, akan tetapi dapat mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.[13]
Pada hakikatnya teknologi adalah proses untuk mendapatkan nilai  tambah. Menurut Gary J. Anglin yang dikutip oleh Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, mendefinisikan teknologi penerapan ilmu-ilmu perilaku dan alam serta pengetahuan lain secara bersistem dan menyistem untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi manusia.[14]
Teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses mendapatkan, menyusun, menyiapkan manipulasi data dalam pembagian cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis dan pendidikan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan.[15]
Perkembangan teknologi yang semakin maju menjadikan teknologi pendidikan menjadi semakin canggih. Salah satu hasil dari pengembangan teknologi pendidikan adalah penggunaan media komputer sebagai media pembelajaran. Penggunaan media komputer dalam pembelajaran sering disebut dengan pembelajaran CAI (komputer assisted instructional). CAI (Komputer Assisted Instruction) didefinisikan sebagai penggunaan komputer dalam menyampaikan bahan pengajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif serta membolehkan umpan balik. [16]

D. Penutup
Perkembangan ICT (information & communication technology) yang sangat pesat merupakan sebuah peluang dan tantangan dalam pengembangan media pembelajaran. Peningkatan kinerja pendidikan di masa mendatang diperlukan sistem informasi dan teknologi informasi yang tidak hanya berfungsi sebagai sarana pendukung, tetapi lebih sebagai senjata utama untuk mendukung keberhasilan dunia pendidikan sehingga mampu bersaing di pasar global. Mayoritas lembaga Pendidikan Islam sudah dapat menerima kehadiran ICT dengan kontrol yang ketat dari manajemen madrasah.

E. Daftar Pustaka

Agus Mulyanto, Sumarsono, M. Taufiq, Nuruzzaman, Pengenalan Teknologi Informasi, (Yogyakarta: Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan kalijaga, 2006)

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2002)

Bagas Shinugi, Ketrampilan Komputer Dan Pengelolaan Informasi, (Jakarta:Shinugi Community,2005)

Eti Rochaety, Pontjorini Rahayuningsih, Prima Gusti Yanti, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006)

Fathul Wahid, Teknologi Informasi dan Pendidikan, (Yogyakarta: Ardana Media, 2007)

Munir, Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Alfabeta:Jakarta, 2009)

Nana Sudjana Dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran (Bandung:Sinar Baru Algensindo,2005)

Udin Saefudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan,(Jakarta:Alfabeta, 2008)

Yuhdi Munadi, Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008)

Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana,2007)




[1]Udin Saefudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan,(Jakarta:Alfabeta, 2008), h. 200
[2]Fathul Wahid, Teknologi Informasi dan Pendidikan, (Yogyakarta: Ardana Media, 2007), h. 188.
[3]Munir, Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Alfabeta:Jakarta, 2009), h. 147
[4]Bagas Shinugi, Ketrampilan Komputer Dan Pengelolaan Informasi, (Jakarta:Shinugi Community,2005), h. 146
[5]Eti Rochaety, Pontjorini Rahayuningsih, Prima Gusti Yanti, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. vii
[6]Ibid., h.73
[7]Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2002) h. 120
[8]Nana Sudjana Dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran (Bandung:Sinar Baru Algensindo,2005), h. 3.
[9]Yuhdi Munadi, Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008),h. 150-152
[10]Agus Mulyanto, Sumarsono, M. Taufiq, Nuruzzaman, Pengenalan Teknologi Informasi, (Yogyakarta: Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan kalijaga, 2006), h.5
[11]Fathul Wahid, Op.Cit., h. 69.
[12]Eti Rochaety, Op.Cit., h.27
[13]Azhar Arsyad, Op.Cit., h. 2
[14]Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana,2007), h.302.
[15]Agus Mulyanto, Sumarsono, M. Taufiq, Nuruzzaman, Pengenalan Teknologi Informasi, (Yogyakarta: Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan kalijaga, 2006), hlm.2
[16]Yusuf Hadi Miarso, Op.Cit., hal. 461.

Dzikir wa Nisyan الذِّكْرُ وَ النِّسْيَانُ




A.  Makna Dzikir
Menurut kamus Lisan al-Arab kata dzikir berarti;
الذِّكْرُ والذِّكْرى، بالكسر: نقيض النسيان
Dzikir artinya ingat: lawan kata dari lupa. Asal katanya adalah:
ذَكَرَ – يَذْكُرُ – ذِكْرٌ
Akar kata dzikir disebutkan dalam al-Quran sebanyak 115 kali.[1] Dalam arti sempit makna dzikir adalah mengucapkan tasbih, tahmid, tahlil, takbir, hauqalah, dan lain-lain. Sedangkan dalam arti luas makna dzikir adalah kesadaran akan kehadiran Allah kapan pun dan di mana pun, sehingga mendorong untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.[2] Makna dzikir dalam al-Quran antara lain disebutkan sebagai berikut:
1. Dzikir dalam arti Shalat
Surat Thaha: 14
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلاةَ لِذِكْرِي (طه:14)

“Sesungguhnya Aku Allah tidak ada Tuhan selain Aku maka sembahlah kalian akan Aku, dan dirikanlah shalat dalam rangka dzikir pada Ku”

Shalat yang bermakna dzikir adalah shalat yang dilakukan sesuai dengan tuntunan syari’ah. Shalat yang dilakukan dengan tulus dan bersih tanpa dicampuri unsur syirik dan menghadapkan diri kepada selain Allah.
Pada ayat yang lain dzikir bisa berarti shalat Jum'at:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِي لِلصَّلاَةِ مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ (الجمعة:7)

"Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui".(al-Jumu'ah:7)

2. Dzikir dalam arti membaca al-Quran
Di dalam Surat al-Hijr: 9 Allah berfirman :
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
 “Sesungguhnya Kami lah yang menurunkan al-Quran dan sesungguhnya Kamilah yang memeliharanya.”
Allah dan manusia memelihara kemurnian al-Quran dari manupulasi pikiran dan tangan manusia yang usil. Bagi manusia dengan diberi kemudahan untuk menghafal al-Quran. Bagi manusia memelihara al-Quran dengan cara mengaktualisasikan nilai-nilai Qurani dalam seluruh aspek kehidupan. Orang yang arif pasti akan menjadikan al-Quran sebagai penerangan, para ahli fikir menjadikannya sebagai petunjuk.
Firman Allah Surat al-Nahl: 44
بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
 “Keterangan dan kitab-kitab, dan Kami turunkan kepadamu al-Quran, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan”
3. Dzikir dalam arti ilmu
Allah berfirman dalam surat al-Nahl: 43
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلاَّ رِجَالاً نُّوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُواْ أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
 “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.”
Ilmu sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia punya potensi mengembangkan ilmu. Allah menyiapkan sarana bagi manusia untuk mencari ilmu pengetahuan. Di dalam surat al-Nahl: 78 Allah berfirman :
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (النحل:78)
“Dan Dia Allah yang mengeluarkan kamu dari perut-perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, dan Allah menjadikan bagi kamu  pendengaran, penghlihatan dan fuad agar kamu  bersyukur" (al-Nahl:78)
4. Dzikir dalam arti menyebut Asma Allah
Firman Allah dalam surat  al-Ahzab: 41
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا (الاحزاب:41)

"Hai orang-orang yang beriman, dzikirlah kepada Allah, dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya." (al- Ahzab :41)
Dalam ayat yang lain Allah berfirman:
 ..فَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ.. (الحج:32)
“Maka sebutlah nama Allah (al-Hajj:32)”
5. Dzikir dalam arti mengingat Allah
Hakikat zikir adalah melupakan apa-apa selain yang disebut dalam dzikir.[3] Firman Allah dalam surat  al-Kahfi: 24
إِلاّ أَن يَشَاء اللَّهُ وَاذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَى أَن يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَذَا رَشَدًا (الكهف:24)

Kecuali : "Insya Allah" . Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini. (al- Kahfi :24)

B.  Makna Nisyan
Menurut kamus Lisan al-Arab kata nisyan berarti;
والنِّسيْان، بكسر النون: ضدّ الذِّكر والحِفظ ، نَسِيَه نِسْياً
Nisyan artinya lupa: lawan kata dari ingat. Asal katanya adalah:
نَسِيَ – يَنْسىَ– نِسْياَن
Kadang-kadang lupa memiliki manfaat, namun kadang-kadang bisa berakibat buruk. Lupa adalah ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah diingat atau dialami, lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita,[4] tapi memori yang menjadi tumpul karena kegugupan, kelemahan saraf-saraf, kegelisahan, kekhawatiran, ketakutan, dan kebingungan.[5] Penyebab lain adalah, pertama; apa yang dialami tidak pernah diulangi lagi, kedua adanya hambatan-hambatan yang terjadi karena gejala-gejala/ isi jiwa yang lain, ketiga; disebabkan oleh represi, yaitu  tanggapan yang tidak diinginkan ditekan ke dalam ketidaksadaran.[6] Dalam pendidikan diperlukan pengulangan agar menjadi terbiasa dan mudah dilakukan.[7]
Beberapa jenis lupa yang disebutkan dalam al-Qur'an adalah:
1. Lupa yang terjadi pada benak mengenai berbagai peristiwa, nama seseorang, dan informasi yang diperoleh seseorang sebelumnya.

Ini merupakan lupa normal yang menimpa seseorang akibat bertimbun dan berjalinnya informasi-informasi yang ada. Jenis lupa ini telah dikaji oleh para ahli ilmu jiwa dengan secara mendalam dan menurut mereka lupa ini terjadi akibat interferensi informasi. Mereka mengklasifikasikan interferensi menjadi dua jenis: “interferensi retroaktif” dan “interferensi lanjut”. Interferensi retroaktif terjadi ketika kita belajar materi-materi baru yang membuat melemahnya ingatan kita akan materi-materi yang telah kita pelajari sebelumnya. Interferensi lanjut terjadi akibat pengaruh kebiasaan, kegiatan, dan informasi lama kita dalam mengingat materi yang baru kita pelajari. Banyaknya informasi dan kegiatan sebelumnya membuat sulitnya kita untuk mengingat materi yang kita pelajari belakangan. Sementara ingatan kita terhadap materi baru itu akan lebih baik apabila informasi dan kegiatan kita lebih sedikit. Oleh karena itu, anak-anak lebih mampu untuk mengingat detail-detail berbagai peristiwa pada masa lalu ketimbang orang dewasa. Dalam al-Qur’an, jenis lupa ini diisyaratkan dalam firman Allah:

سَنُقْرِئُكَ فَلاَ تَنْسَى (6)

“Kami akan membacakan (al-Qur’an) kepdamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa” (al-A’la: 6).

2. Lupa yang mengandung makna lalai.
Misalnya seseorang meninggalkan sesuatu di suatu tempat. Atau ia hendak berbincang-bincang dengan seseorang tentang berbagai hal, namun ia hanya ingat sebagiannya dan lupa sebagian lainnya, dan baru ingat kemudiannya. Sebagai contoh, ialah kisah tentang murid Musa as dalam firman-Nya:
قَالَ أَرَأَيْتَ إِذْ أَوَيْنَا إِلَى الصَّخْرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ الْحُوتَ وَمَا أَنْسَانِيهُ إِلاّ الشَّيْطَانُ أَنْ أَذْكُرَهُ وَاتَّخَذَ سَبِيلَهُ فِي الْبَحْرِ عَجَبًا (الكهف:63)

“Muridnya menjawab:“Tahukan kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syetan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali” (Al-Kahfi:63)
Contoh lainnya ialah ucapan Musa as pada hamba Allah yang shaleh:

قَالَ لاَ تُؤَاخِذْنِي بِمَا نَسِيتُ وَلاَ تُرْهِقْنِي مِنْ أَمْرِي عُسْرًا (الكهف:73)
 “Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku".” (al-Kahfi:73).

Jenis lupa ini bisa diinterpretasikan sebagai interferensi lanjut yang telah dikemukakan di muka.
3. Lupa dengan pengertian hilangnya perhatian terhadap sesuatu hal
Contohnya ialah apa yang terkandung dalam firman Allah berikut:
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُم مِّن بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُواْ اللّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (التوبة: 67)

Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya, mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik. (al-Taubah :67).

Pengertian “mereka telah lupa kepada Allah” ialah mereka meninggalkan ketaatan kepada-Nya akibat hilangnya perhatian mereka kepada perintah-perintah-Nya. Dan pengertian “maka Allah melupakan mereka” ialah Allah mengalihkan karunia-Nya dari mereka dan menterlantarkan mereka.
Contoh lain dari jenis lupa ini ialah apa yang terkandung dalam firman Allah yang berikut:
وَلاَ تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنسَاهُمْ أَنفُسَهُمْ أُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (الحشر: 19)
 Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (al-Hasyr:19).

Masuk dalam pengertian ini adalah lupa yang diatributkan pada Adam as dalam firman-Nya:
وَلَقَدْ عَهِدْنَا إِلَى آدَمَ مِن قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْمًا (طه: 115)

“Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak kami dapati padanya kemauan yang kuat” (Thaha:115).

Ini mengandung arti bahwa Adam as “telah lalai tentang perjanjian dengan Allah”. Akibatnya, ia pun lupa akan larangan Allah. Maka, syetan pun menggodanya dan menjerumuskannya dalam kesalahan.




[1] Khoirul Amru Harahap dan Reza Pahlevi Dalimunthe, Dahsyatnya Doa dan Dzikir, (Jakarta: Qultum Media, 2008),  hlm.4.
[2] ibid, hlm.8-9.
[3] ibid, hlm.10.
[4] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010), hlm.170.
[5] Inayat Khan, Dimensi Spiritual Psikologi, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2000) hlm.93.
[6] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya, 2007), hlm.112.
[7] Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010) hlm.264.